Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2003
Dan Lagi apa kabar. aku jatuh cinta lagi. dan lagi. dan lagi. kepadamu. berulangkali. Ada ada yang menggelincir pada mula fajar mungkin airmata yang mengalir mencari muara ada yang meluncur pada mula fajar mungkin doa yang mengetuk pintu langit sebagai pinta bagi cinta kita yang terjaga Mimpi lesat dari mimpinya yang menggurat dengan telunjuk pada bayang bayang mungkin matanya yang berbinar cahaya karena airmata ingin membuka pintu langit dengan cintanya yang tak terhingga
KAU DENGAN CINTAMU YANG MEMBISU 1. Di rongga dada penuh cinta kucari mata air yang kan lunaskan dahaga hausku hingga di mata air kasih sayangmu kekasih kuteguk berabad kerinduan akan perjumpaan 2. Aku menyeru namamu dalam bayang senyum di rentang jarak waktu sebuah ingatan yang tak hendak pergi karena kutetap mencinta dengan sepenuh jiwa setulus airmata Di sela angka dan huruf kubaca cintamu penuh doa dengan pinta kita tetap bahagia bersama menata huruf dan angka usia hingga senja segala senja menjemput dan memeluk kita Dalam rengkuhnya segala rahasia terbuka dan tanya menemu jawabnya di tahta neraca perhitungan perjalanan kita mencari wajahnya yang selalu dirindu dengan airmata luka Dan kita menyodorkan luka di seluruh tubuh karena cinta dan rindu menempuh tajam terjal pendakian tak henti hingga menjelma mimpi hingga menjadi apa yang dipinta 3. Kau dengan cintamu yang membisu tapi kudengar degupnya membuncah dalam dada penuh kerinduan yang tak terucapkan ta

Catatan Di Bromo

11. ritmis lelampu lilin menjaring udara kata terlontar dari gemetar bibirmu membusa jeritkan puitis menggarisi pelangi mimpi katakan penyair, di kata yang mana bisa kujumpai dirimu sesungguhnya restogama 040603 13. surya perlahan memanjati sunyi bebukit pananjakan menelanjangi titik-titik beku di telapak tanganmu rayapi sekujur debarku dengan kehangatan yang sungguh tak kah kau malu pada debu yang melilipi matamu, tanyaku lirih tak, karena mereka tak mengenal cinta, jawabmu tak kalah lirih perlahan surya pun membasahi bibirmu dengan kerlingan nakal demikian mungkin cinta berujar bromo 070603 http://kunthihastorini.blogspot.com
Jingga Bola Matahari jingga bola matahari di senja kala aku merindukanmu sebagai dekap peluk sepenuh cintamu yang utuh hangatkan gigil dada dan bibir gemetar menelusur rahasia dengan tatap redup mata Aku Yakin aku yakin pada cintamu padaku sebagai ketulusan yang sanggup mengalahkan rasa takut dan gelisah ragu karena kau tahu aku demikian mencintai dirimu utuh sebagai penerimaan atas kehendak Sebagai Hati Yang Menerima sebagai hati yang menerima cinta dengan tulus demikianlah kan diterima segala sukaduka segala tangistawa segala dukabahagia segala beda apa adanya
Dimanakah Puisi di manakah puisi kekasihku apakah pada semburat cahaya matahari yang memandikan diri kita di saat gigil diri menatap biru langit bebatuan dan ringkik kuda di manakah puisi kekasih di manakah apakah kau simpan dalam dekap pelukmu adakah kau simpan dalam dada adakah kau simpan dalam matamu yang memendarkan rasa sebagai cinta sebagai benderang cahaya matahari yang memandikan tubuh kita di kala gemetar di tepi jurang nganga Pendakian Ke Puncak tak sampai ke puncak tak sampai keinginan ke tuju karena lungkrah langkah lelah istirah kita terduduk menatap awan keemasan langit yang membiru asap di kejauhan pasir berkelipan ditimpa cahaya matahari o tak sampai ke puncak tak sampai keinginan tak sampai tapi kita menari bermandi cahaya di dalam deru dada membuncah bahagia seikhlas menerima segala tanda rahasia sebagai gelincir puisi sebagai gelincir puisi dari mataku terimalah dengan sepenuh jiwa agar tiada lagi rasa takut dan kecemasan terimalah dengan peluk
Menapak Langkah, Menembus Malam lalu kita menciptakan masa depan dengan mimpi dan percakapan sepanjang jalan o malam dan lampu-lampu demikian deras alir waktu mengingatkan usia dan peristiwa juga kenangan yang berkelonengan di tiap persimpangan ingatan nama nama juga wajah yang melintas dalam benak dan kita tertawa menapak langkah menembus malam di mana kita berbahagia Malang, 23 Mei 2003