Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2003
Apakah seringkali bertanya aku dalam hati dimana ujung dari segala ujung inginku mencumbui ingin dari segala ingin mengutuki gamang dari segala gamang hingga genaplah diri genap tanpa lagi tanya iri hati pada mereka berpasangan memandang hidup dengan demikian tegas mewarnai angkasa raya dengan kesejatian cinta kemestian setiap manusia iri hati pada mereka yang mendahuluiku mengenalinya dari balik tabir-tabir cuaca kehidupan iri hati tak terjawab jua (apakah aku masih terlalu bodoh dan angkuh memaknainya?) Di Sini di sini kulampirkan segenggam aksara bagi lelaki di ujung musim sunyi menyapanya dengan seraut tanya mengapa tak jua ia bicara bahkan bergeming meski sekedar disini menanti kembali aksara darimu tak kah kau mau menyapaku jua ?
Aku Demikian Letih aku demikian letih didera. waktu yang tak peduli terperangkap terhisap kenisbian. kenihilan. tak ada makna. kosong. diri lenyap. ditatap hadap keabadian.
Kujemput Engkau ku jemput engkau lagi malam ini lelakiku kala nyelinap rasa tak biasa mengaduk-adukmu di titik dimana mesti kaki menitik. puisi kujemput engkau sama kala kau jemput aku ketika musim itu gigilkanku dalam tanya.sebatang cinta ku jemput engkau hingga lingsut segenap nyeri segenap gelisah segenap rindu segenap-genapnya. padamu
Ada Yang Tiba Tiba ada yang tiba tiba menyelinap dalam dada mungkin rasa cemburu tapi siapakah yang mengeja huruf huruf itu sebagai rasa rindu dan cinta karena mungkin telah ditafsirkan pada segala tanda cuaca sebagai metafora yang diulang ulang dalam diksi yang tak henti didawamkan dalam puisi karena engkau mulai membenci puisi dan gemuruh yang tak henti henti menggelegar dalam dada dengan tanya dengan segala gelisah dengan segala cemas dengan segala khawatir o ke mana kan dilabuhkan ke mana segala mimpi segala harap segala ingin segala kehendak karena tiba tiba saja ada yang terasa menyelinap mungkin rasa cemburu atau sebuah ketakutan akan kehilangan