Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2003
Pada Waktu pada waktu, bertumpuk berkas kenangan ajari aku membaca silam yang riuh atau keheningan yang ditemukan dalam bening tatap mata sebagai rindu, yang kubisikkan pada dinihari kepadamu Depok, 20 Januari 2003
Tengoklah di Langit Purnama Bulan tengoklah di langit demikian purnama bulan cahayanya yang keemasan memendar dalam mimpiku penuh rindu seperti puisi yang kutulis untukmu cintaku Depok, 19 Januari 2003
MENGINGATMU Dalam peluk tengger bebasah rimis mengais-ngais huruf demi huruf dalam selembar kertas pucat. Mencoba menemu asalnya berada. Seperti di masukinya lubang-lubang erosi bebatuan. Menjadikannya hilang kasat. Telah tercatat namamu
LAFADZ MALAM selembar kertas kuterima malam itu. dengan sayap-sayapnya yang kuning jagakan aku dari lamunku. kuhempas kekosongan. kubaca tiap guratan pena waktu meluncur dari matanya. apa kabar sayang?demikian ia bertanya. seusap peluh menetes dari ujung tawaku. kiranya bahagia menjelma jadi ratusan tinta yang mulai ku tuliskan dalam bait-bait sendu kukabarkan, aku baik-baik saja. menjaring udara selepas gulita
SEPOTONG GAMANG : Nanang Suryadi tak ku jumpai bintang jatuh malam ini. kiranya airmata senja telah merampasnya sisakan sepotong bulan gamang. tak perlu di tanya sebab kita tahu mengapa.
Sebagai Kenang Sebagai kenang Kerinduan membayang Menjenguk Binar cahaya di matamu Menjelma jadi puisi Di kala sendiri Merindui kekasih hati Merambati mimpi Malam kembali Depok, 10 Januari 2003
KENANG menggenang kenang mengejang menghilang mengapi menjadi diri.serupa alif berdiri menjadi ba merangkak menjadi tak berontak menjadi tsa telungkup menjadi: kau!
DAN KITA MEMBACA ALIFBATA KEHIDUPAN dan kita membaca alifbata kehidupan, sebagai ayat yang terbuka untuk ditafsirkan. terbata kita mengeja huruf demi huruf akankah khatam di tepi usia. di ujung waktu. dan kita membaca alifbata, sebagai ayat yang diturunkan dari lauh mahfudh, dengan debar di dada, mengeja huruf demi huruf, sebagai peta, menuju rumah yang telah ditinggalkan lama, menuju senyum-Nya yang dirindu dan kita membaca alifbata, dari mata kanak-kanak kita, yang menderaskan dengan bening jiwa
SKETSA ESOK lelambaian yang menguning di sela-sela pusaran waktu.mengenangmu dengan tiktak tuts keyboardku.menculik serangkaian imaji esok menjemput. ku lihat adalah engkau yang berdiri di serambi. memintal rangkai inginmu pada sebuah misteri. ada aku yang masih mengeja alifbata kehidupan. di sela trauma? tanyamu. tak anggukan atau gelengan puaskan sahutku. hanya, ajari aku untuk lebih mengerti apa kiranya yang tercatat di sebalik alifbata kehidupan. selepas jemarimu mengaduh memecah sunyi tanyaku
Catatan di Penghujung Tahun di penghujung tahun ini. padamu aku ingin ucapkan: selamat menemui diri! dan, aku akan tuliskan mungkin untuk penghujung masa ini. aku hanya ingin kembali pada diri. memasuki lorong-lorong yang belum sempat ku selami. bahkan juga dirimu! mencoba menata lagi pilah-pilah hati yang mungkin seperti puzzle yang tak karuan. di penghujung musim. jangan lagi luncurkan kata-kata yang tak bisa aku pahami. karena aku terlalu awam untuk itu. mungkin, rindu pun tak ku tahu seperti anak kecil yang membuat aku semakin tak tahu pada diriku. mungkin, mimpi pun kembali tenggelamkan diriku dalam pertanyaan-pertanyaan tak berujung jawaban. kembali pada pertanyaan serupa, selalu. dan, untuk terakhir ku titipkan tanya (pun jika kau ijinkan): kemana aku (sesungguhnya) akan kau bawa? selamat menemui diri! 31 Desember 2002
Lima Sajak Untuk Rini 1. apa yang dihitung dari waktu. kan menutup tahun berdetik lagi. tapi waktu, sayangku, melaju deru bersama rindu. 2. gerimis jatuh pada dinihari, adalah waktu yang meluruh, ke dalam mimpimu. sebagai rinduku, menelusup ke relung jiwamu, kekasihku. 3. aku berdiam di titik nol. akulah kenangan, kenyataan dan impian. berbaur dalam duka bahagia tangis dan tawa. mula akhir kata. gaduh sunyi. diri sendiri! 4. aku gemetar dalam tanyamu: ke mana kita akan pergi. aku terdiam dalam gigil sendiri. memeta arah lewat gulir airmata. engkau aku menengadah menatap langit: keluasan semata. rahasia! 5. aku demikian mencintaimu. kau tahu itu. sebagaimana hidup matiku kuserahkan takdir cintaku pada kehendak-Nya. Dalam cinta-Nya semata. karena bermula kita dari dan akan kembali pada: Kasih Sayang-Nya. Serang-Cilegon-Depok, 31 Desember 2002 – 2 Januari 2003