Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2003
Di Saat Hujan dedaun yang digugurkan angin berserak di halaman yang basah oleh hujan gerimis seharian tak henti menyapaku seperti juga kubaca gerimis dari matamu yang selalu menyimpan gemawan embun rindu tak henti mencurah dalam desau angin musimmusim di mana engkau menanti menanti dan menanti hingga saat disurat laksana janji laksana harapmu lunaskan segala angan mimpi yang ditulis dengan darah dalam hatimu dalam hatiku kekasihku Depok, 26 Februari 2003 Karena Kita Manusia karena kita manusia yang menyimpan riwayat mulamula sejak dihembus ruh ke dalam dada penyaksian yang diucap kepada yang satu kemana kita akan berpaling kemana kita akan menuju hanya wajahnya yang terbayang di pelupuk mata walau lamat walau dalam deru tak habis digerus waktu hibuk dunia yang memabukkan dengan goda tak akan lepas tatap mata ke dalam relung jiwa terdalam dalam dada sendiri yang rintih memohon kembali senyumnya hadir dalam harihari merindu waktuwaktu merindu cahayanya menerang terang jala
Jangan Coba karena api tak akan henti menjela jela membakar maka jangan coba kau percikan api jika kau tak sanggup untuk menahan pedih rasa terbakar dalam dirimu karena tak akan berhenti kobarnya dari dasar neraka amarah yang akan menjadikanmu arang kemudian abu kemudian tiada maka segala akan menjadi siasia tak bermakna tak berguna bagi hidupmu bagi kehidupan kelak bagi harap bagi mimpi rindu cintamu
HINGGA (1) sejernih air memercik di batu batu kali seperti percakapan kita yang mengalir demikianlah cintaku mengalirlah mengalir hidup kita mungkin selinang airmata kita derita bahagia berjalan menelusur jalan jalan gaduh sepi berjalan hingga sampai hingga HINGGA (2) kau tak akan pernah dapat menghalangi imajiku maka janganlah menangis begitu menderaikan kesangsian dan kecemasan yang datang berulang ke bilik bilik sepi dan rindumu seperti lelampu yang ditiup angin di malam malam engkau mengingat perbicangan kita dengan debar yang menyelinap lewat mata dan bisik yang kau kenal demikian dekat seperti puisi yang kau baca demikian lamat dan huruf yang mengusung diriku sendiri ke dalam mimpi dan ingatanmu hingga sampai pesanku agar kau tak lagi bersedih dan khawatir seperti kau tulis di lembarlembar hariharimu o cintaku biar kutelusur riwayat manusia hingga seperti akar menelusur ke kedalaman tanah hingga seperti pepucuk daun yang menerima rahasia angin hingga suatu ketika kuka
SKETSA RASA sesunyi malam sesunyi harap impian berkelindan dari masa ke masa menjemput engkau yang jauh dengan gemerisik rintih di dada sendiri.aku mencintai kau dan kau mencintai aku.berlarian dari waktu ke waktu memburu jasad kita yang jauh jiwa kita yang rapuh oleh tanya-tanya tak terjawab selain kembali pada tanya serupa.aku memcintai kau dan kau mencintai aku. seperti ada yang dilepaskan dari jasadku sebuah pengakuan keinginan bersatu di suatu waktu. akankah sampai akankah sampai pintu terketuk.akankah muara akankah muara cinta dirasa.aku mencintai kau dan kau mencintai aku. sungguh tangisku rapuh dalam suluh yang kau tiupkan di dadaku.
Melukis Malam : NS malam demikian senyap mengendap dalam titian lamunan memburu waktu demi waktu yang bergantian berputaran. Ketika, jemari itu mengulur mengayun mendarat tepat di dadaku. Engkau kah yang datang dalam malam simpan kelam. Endapkan senyap merayap Pergi. Ketika, Jemari itu menuntun aku menelusur peristiwa melayangkan nyawa dari rotasinya. Menjemput bintang yang berdentang dengan senyumnya mencairkanku dalam rona pipinya. Ketika, Pertanyaan-pertanyaan mengalir begitu sederhana di sela derai tawa. Mengeja jeda demi jeda tanpa Engkaukah yang datang dalam sehalaman masa lalu berpijaran. Patahkan kaki-kaki yang letih menghunjam bumi. Ketika, Tak ada lagi cerita, tanpa Melukis malam Tanpa ?
Kaulah Kekasihku Buat: Kunthi Hastorini kaulah kekasihku yang kucinta dalam jarak dan waktu yang melulu rindu hadirlah engkau hadirlah jiwaku bersatu dengan jiwamu bersatu jiwa dalam ridha yang maha satu sebagai cahaya yang menyatu dalam lautan cahaya senyumnya sebagai adam dan hawa yang saling mencari belahan jiwanya kaulah kekasihku akulah kekasihmu yang saling merindu dalam jarak dan waktu yang goda diri kita dengan sepi atau keriuhan dada sendiri yang menjelma cemburu dan airmata yang dialirkan menelusuri peta perjalanan o engkau aku mencintaimu seperti kau cintaiku diriku seperti kucintai diriku sendiri kan sampai pada dekap kan sampai pada masa di mana engkau aku menyatu satu dalam lautan cahaya cintanya cahaya senyumnya seperti ditatah dalam gurat rahasia di langit yang jauh kan ditemu jawab kehendak jadi maka jadilah segala pinta segala harap segala ujar dalam kehendaknya semata suatu ketika pada saatnya Depok, 5 Februari 2003