Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2003
RASA SERUPA ANGIN, CINTA SERUPA UDARA adakalanya mungkin rasa kan bersinar begitu terang. tapi, adakalanya ia akan memburam. semuram lilin yang kan padam. kita tak bisa menolakkan itu karena itulah kemestian. itulah hukum alam. mungkin, kita kan melawan, menolakkan pinta hati. jangan! rasa serupa angin tak bisa dipaksakan. berbeda maknanya dengan cinta. dia serupa udara. ada sebagai hakikatnya. tak kan berhenti. meskipun, mungkin disakiti dengan beribu belati. tapi dia ada dan akan tetap ada. maka, mengapa berduka bila ada cinta?
PUISIKU bagiku, puisi adalah dirimu. bukan yang terketuk dalam keyboard yang bisu. bukan huruf yang tercetak dalam layar komputer. yang aku rindu adalah suaramu. adalah senyummu dan kebahagiaanmu yang sungguh. bukan gelisah. tapi, apalah hidup tanpa gelisah. mungkin hanya kematian yang dijumpa. sebab hidup adalah kegelisahan-kegelisahan. takutkah engkau menghadapi kemestian dan kepastian?
MENYULAM WAKTU waktu bernafas meremas ingin berburu rindu pada padu yang sungguh merasuk di antara kepingan keheningan. seperti detaknya kudengar selalu. kau dengar? demikian kehidupan berhamburan telanjang

KINI AKU DI SINI MENATAP HURUF YANG MEMBURAM

kini aku di sini menatap huruf yang memburam di layar kaca dengan ketukan yang semakin lemah pada keyboard yang aus ditekan sepanjang hari hingga huruf-huruf memburam di jemariku memburam di layar kaca memburam di mataku o kemana kan kusandarkan segala letih ini hingga hilang lelah dalam istirah dalam tidur tanpa mimpi buruk diburu-buru keinginan diri mengamuk-amuk selapar-lalapar singa mengamuk karena lapar hingga ngaumnya menggeletar mencari sasar dalam nanar membayang-bayang di kejauhan bergoyang-goyang o tak ingin diri demikian gamang melayang-layang terbang mengepak kepak tak henti hingga robek sayap hingga beburung jiwa terkapar di dedasar waktu di rahasia-rahasia rindu o huruf demikian memburam dan aku merindu rengkuhmu agar rebah diri dalam pelukmu

YANG KEHILANGAN KATA

demikianlah kata-kata menyelinap ke dalam gelap ke dalam rongga yang pengap lenyap ke dalam bising hari dalam gulat tak bertepi mimpi menjelma teror ke dalam diri sebagai guncang menggedor-gedor hingga kecemasan adalah gemetar menatap hari-hari sekarat menatap harap dalam gigil sendiri menatap langit luas penuh rahasia ditera rajah tangannya dalam kitab yang disimpan dalam selubung cahaya hingga lumat diri lumat sebagai kata yang lumat ke dalam gerus waktu o tanda siapa digurat pada keningku mungkin lindap suaramu mungkin sebagai rindu yang didawamkan sepanjang usia sebagai juga cintamu yang ditembangkan angin di dahan-dahan dinyanyikan beburung yang hinggap di pepohon o mengapa aku kehilangan kata-kata hingga tak ada puisi untukmu sebagai tanda rinduku juga cinta yang menyerumu mungkin sayup kau dengar mungkin sebagai derai sebagai derau demikian parau http://nanangsuryadi.blogspot.com

BELAJAR MENULIS PUISI

huruf demi huruf berhamburan dari dalam benakku sebagai entah puisi mungkin merindu tapi apakah merindu adalah huruf-huruf yang berhamburan tak karuan sebagai galau yang tiba-tiba meledak dari dalam dada dan kepala sendiri meledakkan keinginan dari dalam mimpi-mimpi yang tak kunjung selesai diputar dalam tidur-tidur yang melelahkan ke dalam jeram-jeram nganga dalam keinginan sendiri hendak melompat melompat dari tebing-tebing yang tak kembali gema tak kembali menyahut suara o inikah suara dari dalam kegelapan jiwa yang menggapai-gapai ke terang-terang cahaya sebagai puisi yang kacau tak terbaca ada siapa di situ dirikukah atu engkau yang kukasihi dengan setulus cinta setulus doa dengan airmata yang memancar dari mataku yang tiba-tiba saja perih karena demikian nyeri segala yang tak terkata demikian pedih segala yang tak terduga demikian perih segala yang bergalau tak tahu apa dirasa apa dipinta o kabarkan padaku cintamu sebagai darah dalam puisi yang mengalir dalam aorta nadiku hing
MENANGKAP EMBUN embun mengayun dari kelopak berserak membasah telapak. tak dia meresap dalam senyap yang ku bingkiskan dalam lamunan. mengintai jatuh dalam peluk retak bebatuan. demikian dingin hingga ingin pula ku cumbui angin agar dapat aku menyerpih menjadi bagiannya. mungkinkah?
SIAPA KAMU? sepertinya aku mengenalmu, sebenar-benar mengenal hingga aku terduduk di sini mengamatimu demikian dekat (dalam waktu) namun, di saat lain sepertinya aku tak mengenalmu demikian jauh siapakah kau?
BUKU DI SAMPING KANAN jika ada buku di samping kananmu. bukalah disitu telah tertoreh banyak cerita banyak tawa banyak tangis tapi tidak dengan hari ini sebab telah ku tulis di akhir halaman akhir yang bahagia kau tahu hidup ini seperti lipatan-lipatan dalam buku itu berakhir dalam satu bagian tak berarti berakhir untuk selanjutnya akan tunggu bagian-bagian yang lain yang akan menjadikanmu... aku... tahu makna hidup yang sejati melangkahlah