Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dengan label Kumpulan Puisi Cinta

Puisi-Puisi Cinta dari Puisi Cinta Kita

Adakah Kau Rasa Aku Merindu Apa Kabar Senja Bagaimana Dapat Kau Rasa Bagaimana Dapat Kugambarkan Bahagia Cintaku Dari Kerling Hening Di Ujung Setia Dinyalakan-Nya Halangi Langkah Kaki Jangan Jadi Duri Jika Cinta Hadir Kau Tahu Kudekap Engkau Kuingin Katakan Kumpulan Puisi Cinta Kunthi Hastorini Kutemu Senyummu Kutulis Lelaki Berpuisi LENGKUNG MIMPI Matamu Adalah Cahaya Purnama Bulan Menapak Jejak di Jalan Setapak Menemu Negeri Cahaya Pada Keping Yang Sama Puisi Puisi Berdua Puisi Cinta Puisi Cinta Berdua Puisi Cinta Kita Puisi Cinta Romantis Puisi Kunthi Hastorini Rahasia Danau Sajak Sangsi Sebagai Embun Sebagai Hujan Tafakur Lelaki Upacara Takdir Yang Digenapkan Ziarah Kenangan (2) http://puisicintakita.blogspot.com

Puisi-Puisi Cinta di Blog Puisi Cinta Kita

Puisi Cinta dapat anda temukan di blog Puisi Cinta Kita ini. Sila telusuri blog Puisi Cinta Kita ini dan temukan Puisi-puisi cinta di dalamnya. Puisi Cinta Kita merupakan blog kumpulan Puisi Cinta dari Nanang Suryadi dan Kunthi Hastorini.    Puisi Cinta dalam blog Puisi Cinta Kita ini ditulis pada awal tahun 2000-an, dan telah dibukukan menjadi kumpulan Puisi Cinta Berdua. Beberapa contoh judul PUISI CINTA yang dapat anda baca dalam blog Puisi Cinta Kita ini: Jika Cinta Hadir Dengan Jejemari Kita Leburlah: Aku Mencintaimu! Upacara Takdir Yang Digenapkan Jika anda berminat, anda juga bisa melihat puisi-puisi cinta di blog Puisi Nanang Suryadi. Sila tengok link Puisi Cinta di blog Puisi  pada:  http://nanangsuryadi.blogspot.com/2013/03/puisi-cinta.html
SKETSA PETA PADA TATAP MATA O mata. Sebagai bening rindu demikian hening. Ke dalam dadaku kau alirkan segala mimpi dan harap. Tatap yang tak henti menjelajah relung-relung terdalam rahasia waktu. Pada sketsa peta. Sebagai tanda yang harus kubaca. Setulus cintaku. Gulir butir airmata. Menemu tuju. Menemu mula segala rindu. Di negeri yang jauh. Di langit yang jauh. Demi pemilik segala rahasia waktu, kutemu cinta di tatapmu, o mata. Menerobos relung terdalam rahasia dalam dadaku! Depok, 15 Desember 2002
KARENA-MU karena-Mu aku mencinta. bait-bait rindu yang kekal Kau hembus di dadaku. sebagai takdir yang tertera di kehendak-Mu. aku serahkan diri. juga cinta. kulewati abad-abad kepedihan meneguhkan syahadahku. menempuhi jalan terjal berbatu. menempuhi goda sepanjang usia dunia. O Engkau, karena-Mu. atas kehendak-Mu semata. aku mencinta. kami saling mencinta. maka berkatilah cinta kami berdua. hingga kerdip cahaya cinta menyatu dalam Cinta-Mu! Depok, 14 Desember 2002
AKU INGIN MENJUMPAIMU Aku ingin menjumpaimu. O mata, yang menerbitkan cahaya rindu dalam dadaku. Seperti cahaya dan gerimis yang menggambar pelangi. Di lelangit harap saat kau tunggu dengan rayu dan tatapmu. Demikian manja gerimis menyapa. Cahaya disela-sela. Memendar pendar. Mewarna di udara. Lengkung mimpi kanak-kanak ke langit cintamu. Biarkan bait-bait rindu menelusup dalam mimpimu. Huruf demi huruf yang beterbangan di buku hari-hari. Berdiam dalam dadamu. Dalam hangat pelukmu. O, yang merindu. Aku ingin menjumpaimu. O mata, hingga tumpas rindu dendamku. Dalam tatap matamu. Depok, 16 Desember 2002
MASIH KULIHAT REMBULAN DI ANTARA SIHIR LAMPU KOTA buat: kunthi hastorini masih kulihat rembulan, cahayanya yang kuning keemasan, menggoda ingatanku, kepadamu. di antara lampu-lampu merkuri dan sorot kendaraan, aku takjub memandang langit, rembulan yang terang cahayanya. aku ingat engkau sayangku, dan ribuan kata-kata berloncatan ingin menjelma puisi. puisi menjelma dari sepotong film animasi. dunia kanak-kanak yang menjadi kenangan. bayangkan kita memandang rembulan dan mengaung, sebagai serigala, yang menggetarkan langit dengan jerit yang teramat sedih. mungkin rindu. pada kekasih di langit yang jauh. di negeri yang jauh. di angan yang rapuh. malam ini, sayangku, aku ingin kau tatap rembulan, terang cahayanya. seterang cinta kita yang menerang langit. demikian purnama. Guntur 18 Deseember 2002, Malabar 19 Desember 2002
DI DEDAHAN SAJAK di dedahan sajak beburung jiwa singgah istirah melepas lelah penempuhan adalah jejalan panjang berliku dalam pusaran waktu di dedahan sajak beburung jiwa menyanyi nyanyi rindu kekasih diri demikian cinta memanggil panggil mendebarkan jejantung hati di dedahan sajak beburung jiwa melagulagu mengetuk paruh pada pepohon irama kata pepohon hidup menari-nari dipeluk dipagut sepoi hembus berangangin di dedahan sajak beburung jiwaku singgah istirah melepas lelah Depok, 2002
DI PUSARAN WAKTU telah dilabuh gelisah pada pusar waktu hingga larung abu pada sarang angin gelombang sunyi diri sendiri tinggal beburung jiwa menemu karang julang tegak menantang demikian terjal jejalan hidup di tatap matahari sekepak sayap sekepak sayap menempuh tempuh disayat hayat disayatsayat hingga mayat hingga tamat tapi akan dilabuh juga segala gelisah pada pusar waktu hingga larung abu pada sarang angin gelombang sunyi diri sendiri menjelma beburung jiwa terbang mengepak dari matamu menempuh tempuh sekepak sayap sekepak sayap hingga sampai mematuk patuk mengetuk pintu langit membuka bagi jerit perih kerinduan jiwa menemu cinta menemu cintanya Depok, 2002
AKU LUKIS SENYUMMU YANG MAWAR Aku lukis senyummu yang mawar Dalam ingatan yang merindu Tatapmu memanja rayu Nyelinap dalam kalbu Angan harapku Bahagia engkau Bersamaku selalu Menuju Satu Depok, 2002
HENING YANG KAU PUNGUT kau pungut sekeping hening dalam kelambu jiwa meronta tiada. dan kau tanam ia dalam desah nafas memanas menderas. kau katakan padanya, bahwa kau akan menunggunya hingga ia tumbuh dan berbuah. kau masih disana. memintal cerita dalam sajak-sajak jemari menari.dalam hujan dan terik yang menghardik jasadmu kegelisahan. tapi kau masih setia, menghitung hari dalam nyeri. menyulam mimpi dari kejauhan yang merapuh. derita yang pecah. bahagia yang gerah. tak kau peduli. kau masih disana. tak kau pahami bulan berotasi tujuh musim lamanya. mungkin, jenuh pun kan datang sebagai goda. atau bimbang jelang sebagai dentang. hanya pada kedirian semua berawal. dan dari kedirian pula semua berakhir. kau masih disana, dengan cinta!
TAWAMU PECAH : Nanang Suryadi tawamu pecah membuncah gairah. pada titik-titik resah kau tampung malam menyimpan cerita. duka yang berkejaran di sebalik gelisah manusia. apa yang dicari dalam malam?selain dirimu yang membaca guratan-guratan luka manusia. menelanjangi tiap detak jantung derita. merampas alur hujan yang jatuh dari mata-mata kelelahan. dan, tawamu pecah. sebab, tak ada lagi mesti di tangisi, selain luka masih nganga sebatas mimpi saja!
Dimanakah Engkau, duhai cintaku malam demikian gelap, meratap. ruh-ruh berkeliaran kesana-kemari, gelisah. dan, ada yang teriak dari balik kolong ranjang kerontang, mengerang. "Betapa aku lelah ya Rob, dimanakah Engkau, duhai cintaku. Rindu aku ingin tatap wajah-Mu!" wajah-wajah lantas berbaris, menyelinap diam-diam dari balik dinding pucat. alangkah rupawan, alangkah menggiurkan. ach. betapa bahagia cekikikan. malam tak lagi gelap. cahaya berpendaran, menawan. tak ada ratap, tak. hanya tawa berderaian memabukkan. duhai inilah dunia kenikmatan! arak? mana arak biar terpuas nafsu memburu, ah! tapi, plop! demikian hening mengering, "tidak!, jangan pergi!". demikian teriak memekak. demikian haus tak terpuaskan!. ruh-ruh sesegukan ketakutan. gigil memanggil kerdil. wajah-wajah bergantian, berputaran. haus. haus. haus. wajah kesejatian. dimana duhai kiranya Dia, cinta?
Sebagai Doa Sebagai doa mengalir ke muara hatiku, o Cinta Mengalirlah mengalir bersama waktu Sebagai doa mengepak sayap ke langit jiwaku, o Cinta Terbanglah terbang menembus langit Rindu Sebagai doa, jejak menapak demikian ikhlas, O Cinta Langkah kaki menuju: Senyum-Nya yang dirindu
Bening Danau Akulah angsa yang berenang di bening danau Merentangkan sayap di hangat matahari Bernyanyi riang. Bernyanyi riang Sesekali kubenamkan kepala dalam-dalam O, keteduhan, larutkan gundahku Akulah angsa yang berenang di jernih tatap matamu
Sketsa Dinihari Di bening hening, mengembun ingatan Pada engkau, cintaku Di manakah engkau, sayang? Tak ada suara juga aksara Kurindu kata menyapa Di manakah engkau, sayang? Kucari engkau O, yang nyalakan Cinta Di dada risau!
Kita Akan Pulang Sayang (3) Tak ingin lagi kuseru dengan suara menderu Biar dengan sunyi, biar dengan rindu kusapa dirimu Kerlip di matamu, o kekasih Suar harap musafir, hingga tak lagi letih Menapak setapak demi setapak Mengikut lamat jejak Digurat peta di dada sendiri Di rajah tangan, garis nasib sendiri Ya perindu, di jalan sepi, Cinta membara api
Kita Akan Pulang Sayang (2) sebelum habis gairah. sebelum payah melungkrah langkah. tak kan henti. tak kan henti. menapakdaki. jika pun di sini kita istirah, hanya sebentar mampir minum seteguk teh di perjalanan lalu kita pun harus tetap melangkah menuju Cinta yang selalu dirindu kita harus sampai. di tuju di rumah yang dirindu mari sayangku kudekap engkau dalam pelukku berjalan menuju rumah rindu
Di Sebuah Senja cakrawala demikian jingga, merona ketika kutatap, dia tertawa (sayang, gerimis tak hadir menyapa) cakrawala masihlah jingga, cahaya menelusup di antara keping jiwa kita, bahagia di sebuah senja bersama kita puisikan, cinta