Langsung ke konten utama

BELAJAR MENULIS PUISI



huruf demi huruf berhamburan dari dalam benakku sebagai entah puisi mungkin merindu tapi apakah merindu adalah huruf-huruf yang berhamburan tak karuan sebagai galau yang tiba-tiba meledak dari dalam dada dan kepala sendiri meledakkan keinginan dari dalam mimpi-mimpi yang tak kunjung selesai diputar dalam tidur-tidur yang melelahkan ke dalam jeram-jeram nganga dalam keinginan sendiri hendak melompat melompat dari tebing-tebing yang tak kembali gema tak kembali menyahut suara o inikah suara dari dalam kegelapan jiwa yang menggapai-gapai ke terang-terang cahaya sebagai puisi yang kacau tak terbaca ada siapa di situ dirikukah atu engkau yang kukasihi dengan setulus cinta setulus doa dengan airmata yang memancar dari mataku yang tiba-tiba saja perih karena demikian nyeri segala yang tak terkata demikian pedih segala yang tak terduga demikian perih segala yang bergalau tak tahu apa dirasa apa dipinta o kabarkan padaku cintamu sebagai darah dalam puisi yang mengalir dalam aorta nadiku hingga mengucur hingga menderas ke dalam dadaku sebagai alir yang tak henti dalam tubuhku sebagai denyut dalam jantungku sebagai engkau yang tak henti mencintaiku dengan sesungguhnya cinta dengan setulusnya cinta dengan debar dalam dada sebagai doa yang kau panjatkan setulus pinta ke maha cinta hingga disatukan dalam gelombang cintanya yang cahaya!

http://nanangsuryadi.blogspot.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sepanjang Jalan Gaduh Ramai Sepanjang jalan gaduh ramai kendaraan. klakson dan deru mesin. Macet. Sempritan tukang parkir. Parau suara tukang ngamen. Pias lampu merkuri. Dan aku? di atas bis yang terjebak di perut jakarta, merindu kekasihku Karena Jarak Karena jarak membentang kumerindu, duh kekasih kapan kan terlunas ini rindu, bertemu bersatu dalam dekap cintaku cintamu. Mengapa Kau Bangun Benteng Keangkuhan Mengapa kau bangun benteng keangkuhan bukankah kau inginkan belai setulus cinta seperti kau pinta dengan damba dan airmata suatu ketika. o kekasih, mengapa kau ragui bisik hati sendiri? Cermin Yang Saling Memantulkan Cahaya Aku mencintaimu seperti kau cintai diriku. Rasa sayangku padamu seperti rasa sayangmu pada diriku. Karena kau dan aku adalah cermin. Yang saling memantulkan cahaya Cinta-Nya.

Lelaki Berpuisi

Lelaki berpuisi, ketika awan begitu hitam membayangi sepi Dari jauh aku mengintai ia Satu satu air mata langit jatuh kebumi, lelaki terus berpuisi Berpuisi merajuk mata hati Ingin berlari, sembunyi Tak kuasa Inikah cinta? bibir pun tak lagi berkata Karena berdiam di sisinya, telah terkata: Cinta Kunthi Hastorini http://puisicintakita.blogspot.com

Dinyalakan-Nya

Tak ada mengapa bagi cinta. Diterbitkan dalam dada kita, kehendak-Nya semata, dinyalakan-Nya dalam hati kita, sebagai cinta. Demikianlah Ia mencintai kita. Dinyalakan api cinta. Demikian lambat atau demikian cepat. Kehendak-Nya-lah. Kehendak-Nya. Semata