Langsung ke konten utama
HINGGA (1)

sejernih air memercik di batu batu kali seperti percakapan kita yang mengalir demikianlah cintaku mengalirlah mengalir hidup kita mungkin selinang airmata kita derita bahagia berjalan menelusur jalan jalan gaduh sepi berjalan hingga sampai hingga

HINGGA (2)

kau tak akan pernah dapat menghalangi imajiku maka janganlah menangis begitu menderaikan kesangsian dan kecemasan yang datang berulang ke bilik bilik sepi dan rindumu seperti lelampu yang ditiup angin di malam malam engkau mengingat perbicangan kita dengan debar yang menyelinap lewat mata dan bisik yang kau kenal demikian dekat seperti puisi yang kau baca demikian lamat dan huruf yang mengusung diriku sendiri ke dalam mimpi dan ingatanmu hingga sampai pesanku agar kau tak lagi bersedih dan khawatir seperti kau tulis di lembarlembar hariharimu o cintaku biar kutelusur riwayat manusia hingga seperti akar menelusur ke kedalaman tanah hingga seperti pepucuk daun yang menerima rahasia angin hingga suatu ketika kukabarkan kepadamu dongeng tentang segala rahasia yang membuka jawabnya

HINGGA (3)

kau adalah kanak kanak yang selalu bertanya tentang segala hingga kutergagap menjawabnya karena aku pun juga menanyakan hal yang sama dengan yang engkau tanyakan mengapa dan mengapa tapi tak ada jawaban yang membuatku puas dan berhenti bertanya seperti engkau yang tak henti bertanya dengan segenap pikiranmu bertanya bertanya dan bertanya hingga akupun tergagap tak mampu menjawabnya

HINGGA (4)

bening air gunung gemericik ke batu batu kali o sayang mimpi lelaki dimana kau simpan di dadamu atau matamu yang menerawang jauh menatap cahaya matahari mengerjap-ngerjap di sela dedaun seperti kerjap ingatan tentang mimpi-mimpi kita yang dirangkai dalam katakata cinta dan rindu mengerjapngerjap cahaya di bening air di sela sela dedaun di matamu cintaku



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sepanjang Jalan Gaduh Ramai Sepanjang jalan gaduh ramai kendaraan. klakson dan deru mesin. Macet. Sempritan tukang parkir. Parau suara tukang ngamen. Pias lampu merkuri. Dan aku? di atas bis yang terjebak di perut jakarta, merindu kekasihku Karena Jarak Karena jarak membentang kumerindu, duh kekasih kapan kan terlunas ini rindu, bertemu bersatu dalam dekap cintaku cintamu. Mengapa Kau Bangun Benteng Keangkuhan Mengapa kau bangun benteng keangkuhan bukankah kau inginkan belai setulus cinta seperti kau pinta dengan damba dan airmata suatu ketika. o kekasih, mengapa kau ragui bisik hati sendiri? Cermin Yang Saling Memantulkan Cahaya Aku mencintaimu seperti kau cintai diriku. Rasa sayangku padamu seperti rasa sayangmu pada diriku. Karena kau dan aku adalah cermin. Yang saling memantulkan cahaya Cinta-Nya.

Lelaki Berpuisi

Lelaki berpuisi, ketika awan begitu hitam membayangi sepi Dari jauh aku mengintai ia Satu satu air mata langit jatuh kebumi, lelaki terus berpuisi Berpuisi merajuk mata hati Ingin berlari, sembunyi Tak kuasa Inikah cinta? bibir pun tak lagi berkata Karena berdiam di sisinya, telah terkata: Cinta Kunthi Hastorini http://puisicintakita.blogspot.com

Dinyalakan-Nya

Tak ada mengapa bagi cinta. Diterbitkan dalam dada kita, kehendak-Nya semata, dinyalakan-Nya dalam hati kita, sebagai cinta. Demikianlah Ia mencintai kita. Dinyalakan api cinta. Demikian lambat atau demikian cepat. Kehendak-Nya-lah. Kehendak-Nya. Semata