Langsung ke konten utama
SKETSA ESOK

lelambaian yang menguning di sela-sela pusaran waktu.mengenangmu dengan tiktak tuts keyboardku.menculik serangkaian imaji esok menjemput. ku lihat adalah engkau yang berdiri di serambi. memintal rangkai inginmu pada sebuah misteri. ada aku yang masih mengeja alifbata kehidupan. di sela trauma? tanyamu. tak anggukan atau gelengan puaskan sahutku. hanya, ajari aku untuk lebih mengerti apa kiranya yang tercatat di sebalik alifbata kehidupan. selepas jemarimu mengaduh memecah sunyi tanyaku

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lelaki Berpuisi

Lelaki berpuisi, ketika awan begitu hitam membayangi sepi Dari jauh aku mengintai ia Satu satu air mata langit jatuh kebumi, lelaki terus berpuisi Berpuisi merajuk mata hati Ingin berlari, sembunyi Tak kuasa Inikah cinta? bibir pun tak lagi berkata Karena berdiam di sisinya, telah terkata: Cinta Kunthi Hastorini http://puisicintakita.blogspot.com

Puisi-Puisi Cinta di Blog Puisi Cinta Kita

Puisi Cinta dapat anda temukan di blog Puisi Cinta Kita ini. Sila telusuri blog Puisi Cinta Kita ini dan temukan Puisi-puisi cinta di dalamnya. Puisi Cinta Kita merupakan blog kumpulan Puisi Cinta dari Nanang Suryadi dan Kunthi Hastorini.    Puisi Cinta dalam blog Puisi Cinta Kita ini ditulis pada awal tahun 2000-an, dan telah dibukukan menjadi kumpulan Puisi Cinta Berdua. Beberapa contoh judul PUISI CINTA yang dapat anda baca dalam blog Puisi Cinta Kita ini: Jika Cinta Hadir Dengan Jejemari Kita Leburlah: Aku Mencintaimu! Upacara Takdir Yang Digenapkan Jika anda berminat, anda juga bisa melihat puisi-puisi cinta di blog Puisi Nanang Suryadi. Sila tengok link Puisi Cinta di blog Puisi  pada:  http://nanangsuryadi.blogspot.com/2013/03/puisi-cinta.html
DAN KITA MEMBACA ALIFBATA KEHIDUPAN dan kita membaca alifbata kehidupan, sebagai ayat yang terbuka untuk ditafsirkan. terbata kita mengeja huruf demi huruf akankah khatam di tepi usia. di ujung waktu. dan kita membaca alifbata, sebagai ayat yang diturunkan dari lauh mahfudh, dengan debar di dada, mengeja huruf demi huruf, sebagai peta, menuju rumah yang telah ditinggalkan lama, menuju senyum-Nya yang dirindu dan kita membaca alifbata, dari mata kanak-kanak kita, yang menderaskan dengan bening jiwa