Langsung ke konten utama
Apakah

seringkali bertanya aku dalam hati dimana ujung dari segala ujung inginku mencumbui ingin dari segala ingin mengutuki gamang dari segala gamang hingga genaplah diri genap tanpa lagi tanya iri hati pada mereka berpasangan memandang hidup dengan demikian tegas mewarnai angkasa raya dengan kesejatian cinta kemestian setiap manusia iri hati pada mereka yang mendahuluiku mengenalinya dari balik tabir-tabir cuaca kehidupan iri hati tak terjawab jua (apakah aku masih terlalu bodoh dan angkuh memaknainya?)



Di Sini

di sini
kulampirkan segenggam aksara bagi lelaki di ujung
musim sunyi
menyapanya dengan seraut tanya mengapa tak jua ia
bicara bahkan bergeming meski sekedar

disini
menanti kembali aksara darimu
tak kah kau mau menyapaku jua
?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sepanjang Jalan Gaduh Ramai Sepanjang jalan gaduh ramai kendaraan. klakson dan deru mesin. Macet. Sempritan tukang parkir. Parau suara tukang ngamen. Pias lampu merkuri. Dan aku? di atas bis yang terjebak di perut jakarta, merindu kekasihku Karena Jarak Karena jarak membentang kumerindu, duh kekasih kapan kan terlunas ini rindu, bertemu bersatu dalam dekap cintaku cintamu. Mengapa Kau Bangun Benteng Keangkuhan Mengapa kau bangun benteng keangkuhan bukankah kau inginkan belai setulus cinta seperti kau pinta dengan damba dan airmata suatu ketika. o kekasih, mengapa kau ragui bisik hati sendiri? Cermin Yang Saling Memantulkan Cahaya Aku mencintaimu seperti kau cintai diriku. Rasa sayangku padamu seperti rasa sayangmu pada diriku. Karena kau dan aku adalah cermin. Yang saling memantulkan cahaya Cinta-Nya.

Lelaki Berpuisi

Lelaki berpuisi, ketika awan begitu hitam membayangi sepi Dari jauh aku mengintai ia Satu satu air mata langit jatuh kebumi, lelaki terus berpuisi Berpuisi merajuk mata hati Ingin berlari, sembunyi Tak kuasa Inikah cinta? bibir pun tak lagi berkata Karena berdiam di sisinya, telah terkata: Cinta Kunthi Hastorini http://puisicintakita.blogspot.com

Dinyalakan-Nya

Tak ada mengapa bagi cinta. Diterbitkan dalam dada kita, kehendak-Nya semata, dinyalakan-Nya dalam hati kita, sebagai cinta. Demikianlah Ia mencintai kita. Dinyalakan api cinta. Demikian lambat atau demikian cepat. Kehendak-Nya-lah. Kehendak-Nya. Semata