Dimanakah Puisi
di manakah puisi kekasihku apakah pada semburat cahaya matahari yang memandikan diri kita di saat gigil diri menatap biru langit bebatuan dan ringkik kuda di manakah puisi kekasih di manakah apakah kau simpan dalam dekap pelukmu adakah kau simpan dalam dada adakah kau simpan dalam matamu yang memendarkan rasa sebagai cinta sebagai benderang cahaya matahari yang memandikan tubuh kita di kala gemetar di tepi jurang nganga
Pendakian Ke Puncak
tak sampai ke puncak tak sampai keinginan ke tuju karena lungkrah langkah lelah istirah kita terduduk menatap awan keemasan langit yang membiru asap di kejauhan pasir berkelipan ditimpa cahaya matahari o tak sampai ke puncak tak sampai keinginan tak sampai tapi kita menari bermandi cahaya di dalam deru dada membuncah bahagia seikhlas menerima segala tanda rahasia
sebagai gelincir puisi
sebagai gelincir puisi dari mataku terimalah dengan sepenuh jiwa agar tiada lagi rasa takut dan kecemasan terimalah dengan peluk dan dekap hingga kau rasakan degup jantungku menyeru namamu sepenuh jiwa menyerumu sepenuh cinta menyerumu sepenuh semesta diriku yang terhuyung dengan segala luka di dada memahat huruf dengan jemari hingga bergelincir puisi dari mataku bergelincir di tebing pipi menelusuri peta-peta rahasiamu
di manakah puisi kekasihku apakah pada semburat cahaya matahari yang memandikan diri kita di saat gigil diri menatap biru langit bebatuan dan ringkik kuda di manakah puisi kekasih di manakah apakah kau simpan dalam dekap pelukmu adakah kau simpan dalam dada adakah kau simpan dalam matamu yang memendarkan rasa sebagai cinta sebagai benderang cahaya matahari yang memandikan tubuh kita di kala gemetar di tepi jurang nganga
Pendakian Ke Puncak
tak sampai ke puncak tak sampai keinginan ke tuju karena lungkrah langkah lelah istirah kita terduduk menatap awan keemasan langit yang membiru asap di kejauhan pasir berkelipan ditimpa cahaya matahari o tak sampai ke puncak tak sampai keinginan tak sampai tapi kita menari bermandi cahaya di dalam deru dada membuncah bahagia seikhlas menerima segala tanda rahasia
sebagai gelincir puisi
sebagai gelincir puisi dari mataku terimalah dengan sepenuh jiwa agar tiada lagi rasa takut dan kecemasan terimalah dengan peluk dan dekap hingga kau rasakan degup jantungku menyeru namamu sepenuh jiwa menyerumu sepenuh cinta menyerumu sepenuh semesta diriku yang terhuyung dengan segala luka di dada memahat huruf dengan jemari hingga bergelincir puisi dari mataku bergelincir di tebing pipi menelusuri peta-peta rahasiamu
Komentar