Langsung ke konten utama
Dimanakah Puisi

di manakah puisi kekasihku apakah pada semburat cahaya matahari yang memandikan diri kita di saat gigil diri menatap biru langit bebatuan dan ringkik kuda di manakah puisi kekasih di manakah apakah kau simpan dalam dekap pelukmu adakah kau simpan dalam dada adakah kau simpan dalam matamu yang memendarkan rasa sebagai cinta sebagai benderang cahaya matahari yang memandikan tubuh kita di kala gemetar di tepi jurang nganga


Pendakian Ke Puncak

tak sampai ke puncak tak sampai keinginan ke tuju karena lungkrah langkah lelah istirah kita terduduk menatap awan keemasan langit yang membiru asap di kejauhan pasir berkelipan ditimpa cahaya matahari o tak sampai ke puncak tak sampai keinginan tak sampai tapi kita menari bermandi cahaya di dalam deru dada membuncah bahagia seikhlas menerima segala tanda rahasia


sebagai gelincir puisi

sebagai gelincir puisi dari mataku terimalah dengan sepenuh jiwa agar tiada lagi rasa takut dan kecemasan terimalah dengan peluk dan dekap hingga kau rasakan degup jantungku menyeru namamu sepenuh jiwa menyerumu sepenuh cinta menyerumu sepenuh semesta diriku yang terhuyung dengan segala luka di dada memahat huruf dengan jemari hingga bergelincir puisi dari mataku bergelincir di tebing pipi menelusuri peta-peta rahasiamu


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sepanjang Jalan Gaduh Ramai Sepanjang jalan gaduh ramai kendaraan. klakson dan deru mesin. Macet. Sempritan tukang parkir. Parau suara tukang ngamen. Pias lampu merkuri. Dan aku? di atas bis yang terjebak di perut jakarta, merindu kekasihku Karena Jarak Karena jarak membentang kumerindu, duh kekasih kapan kan terlunas ini rindu, bertemu bersatu dalam dekap cintaku cintamu. Mengapa Kau Bangun Benteng Keangkuhan Mengapa kau bangun benteng keangkuhan bukankah kau inginkan belai setulus cinta seperti kau pinta dengan damba dan airmata suatu ketika. o kekasih, mengapa kau ragui bisik hati sendiri? Cermin Yang Saling Memantulkan Cahaya Aku mencintaimu seperti kau cintai diriku. Rasa sayangku padamu seperti rasa sayangmu pada diriku. Karena kau dan aku adalah cermin. Yang saling memantulkan cahaya Cinta-Nya.

Lelaki Berpuisi

Lelaki berpuisi, ketika awan begitu hitam membayangi sepi Dari jauh aku mengintai ia Satu satu air mata langit jatuh kebumi, lelaki terus berpuisi Berpuisi merajuk mata hati Ingin berlari, sembunyi Tak kuasa Inikah cinta? bibir pun tak lagi berkata Karena berdiam di sisinya, telah terkata: Cinta Kunthi Hastorini http://puisicintakita.blogspot.com

Dinyalakan-Nya

Tak ada mengapa bagi cinta. Diterbitkan dalam dada kita, kehendak-Nya semata, dinyalakan-Nya dalam hati kita, sebagai cinta. Demikianlah Ia mencintai kita. Dinyalakan api cinta. Demikian lambat atau demikian cepat. Kehendak-Nya-lah. Kehendak-Nya. Semata