Aku Merindu (1)
aku merindu, sungguh aku merindu, sapa suaramu cintaku. seperti ada yang merembes dari pelupuk mata. menatap layar yang kosong, mailbox yang kosong, tak ada kabar darimu.demikian merindu aku, sungguh, demikian merindu. hari-hari menjadi serasa hampa. karena tak ada sapa. duh, apa kabar dirimu, cintaku. semoga kau baik-baik saja.
jika saja rentang ini dapat kulipat, ah, jika saja jarak ini tak ada lagi, aku akan selalu bersamamu, di dekatmu. aku merindu, sungguh aku merindu, kau pun tahu, cintaku...
Kampus UI, 11 Juli 2002
Aku Merindu (2)
rindu menggoda bayang melintas detik meluncur dalam wacana rindu jam mengaduh mencemaskan kalimat cinta baris-baris duka dalam bait sepi hari gelisah bulan cemas tahun menanti windu menggoda sedalam harap mimpi
sedebur gelombang mendebur debur di waktu waktu tak lalu setatap tatap matamu penuh tanda tanya mungkin ragu mungkin gundah seresah kata yang berjatuhan dari puisi
Aku Merindu (3)
dari cemas dan harap juga rindu aku menyebutnya perempuan ditunggu pada jam jam meletihkan secambuk api secambuk mimpi menggelat geletar dalam angan hari minggu bulan tahun windu membaurkan rindu cinta harap serta cemas dalam kata berdesakan dalam kalimat tak usai menterjemah degupan di dada sendiri deburan di gelombang jantung sendiri memasuki detik detik menanti
Aku Merindu (4)
di sela-sela puisi,
jeda terasa,
sebuah sunyi,
o bayangan yang menelusup ke dalam relung,
sebagai denting sampai di sini,
di semilir angin, dihembus rindu
kabarkan padaku, kabarkan padaku
lewat hembus nafasmu, menyatu di udara
kuhirup sepenuh dada
Aku Merindu (5)
Untuk: Kunti Hastorini
Karena aku merindu, kugantung potretmu di dinding dadaku
Udara panas di luar demikian bengis menatapku penuh curiga
Namun kujaga senyum embunmu dalam ingatan, agar tak terjamah
Tak kan kubiarkan sejuknya menguap dari dalam jantung hatiku
Hingga tak kupeduli hiruk pikuk gaduh bising kemarahan, karena
Ingatanku menjelma jadi alir sungai demikian jernih mengalir
Hari-hari terasa nyaman dengan doa dan cintamu, setulus hati
Amboi, inilah mimpi yang menjelma, harap yang menjadi
Seperti yang kutulis dalam puisi di suatu hari
Ternyata di waktu kini
O, kulewati hari-hari menelusuri riwayat alir, hingga
Rindu cintaku menyampai takdir
Inilah pejalan yang menyimpan beribu luka di dada, sekian waktu
Nantikan sampai pada titik menyatu satu padu
Inilah sajakku, karena aku merindu dirimu
Depok, 27 Agustus 2002
Aku Merindu (9)
Garis wajah yang lekat dalam ingatan. Engkau dengan senyum mawar. Rembulan membagikan cahayanya. Di langit yang bentang seluas harap. Purnama sempurna.
Aku demikian sentimentil. Menulis sajak dengan airmata. Dinihari yang merindu.
Adakah deru cemburu di angin lalu. Tertiup ke segala penjuru: inilah cintaku. Mimpi anganku. Menyeru dirimu. Menyeru dirimu.
Aku demikian sentimentil. Menulis puisi di senyap begini. Dinihari yang gemetar.
Adakah gigilku sendiri. Membaca peta nasib sendiri. Mengeja tanda dari matamu. Cuaca yang mungkin berganti setiap detik. Tak kutahu.
Aku demikian sentimentil. Menulis syair. Dinihari yang cemas.
Mengingatmu. Setulus doa. Dilafalkan: semoga kau baik-baik saja. Cintaku. Aku demikian merindu. Dirimu.
Depok, 25 September 2002
Aku Merindu (10)
Ada yang dicemaskan pada debar. Tak sampai kabar. Tak aksara. Tak suara. Ingatan mengejang. Menelusur bayang-bayang.
Di mana engkau. Apakabar engkau.
Menelusup sepi ke dada sendiri. Jam-jam yang khawatir. Berdetik membisik lirih: inilah rinduku kekasih. Demikian perih.
Di mana engkau. Apakabar engkau
Aku demikian mengkhawatirkanmu. Cintaku.
Depok, 25 September 2002
aku merindu, sungguh aku merindu, sapa suaramu cintaku. seperti ada yang merembes dari pelupuk mata. menatap layar yang kosong, mailbox yang kosong, tak ada kabar darimu.demikian merindu aku, sungguh, demikian merindu. hari-hari menjadi serasa hampa. karena tak ada sapa. duh, apa kabar dirimu, cintaku. semoga kau baik-baik saja.
jika saja rentang ini dapat kulipat, ah, jika saja jarak ini tak ada lagi, aku akan selalu bersamamu, di dekatmu. aku merindu, sungguh aku merindu, kau pun tahu, cintaku...
Kampus UI, 11 Juli 2002
Aku Merindu (2)
rindu menggoda bayang melintas detik meluncur dalam wacana rindu jam mengaduh mencemaskan kalimat cinta baris-baris duka dalam bait sepi hari gelisah bulan cemas tahun menanti windu menggoda sedalam harap mimpi
sedebur gelombang mendebur debur di waktu waktu tak lalu setatap tatap matamu penuh tanda tanya mungkin ragu mungkin gundah seresah kata yang berjatuhan dari puisi
Aku Merindu (3)
dari cemas dan harap juga rindu aku menyebutnya perempuan ditunggu pada jam jam meletihkan secambuk api secambuk mimpi menggelat geletar dalam angan hari minggu bulan tahun windu membaurkan rindu cinta harap serta cemas dalam kata berdesakan dalam kalimat tak usai menterjemah degupan di dada sendiri deburan di gelombang jantung sendiri memasuki detik detik menanti
Aku Merindu (4)
di sela-sela puisi,
jeda terasa,
sebuah sunyi,
o bayangan yang menelusup ke dalam relung,
sebagai denting sampai di sini,
di semilir angin, dihembus rindu
kabarkan padaku, kabarkan padaku
lewat hembus nafasmu, menyatu di udara
kuhirup sepenuh dada
Aku Merindu (5)
Untuk: Kunti Hastorini
Karena aku merindu, kugantung potretmu di dinding dadaku
Udara panas di luar demikian bengis menatapku penuh curiga
Namun kujaga senyum embunmu dalam ingatan, agar tak terjamah
Tak kan kubiarkan sejuknya menguap dari dalam jantung hatiku
Hingga tak kupeduli hiruk pikuk gaduh bising kemarahan, karena
Ingatanku menjelma jadi alir sungai demikian jernih mengalir
Hari-hari terasa nyaman dengan doa dan cintamu, setulus hati
Amboi, inilah mimpi yang menjelma, harap yang menjadi
Seperti yang kutulis dalam puisi di suatu hari
Ternyata di waktu kini
O, kulewati hari-hari menelusuri riwayat alir, hingga
Rindu cintaku menyampai takdir
Inilah pejalan yang menyimpan beribu luka di dada, sekian waktu
Nantikan sampai pada titik menyatu satu padu
Inilah sajakku, karena aku merindu dirimu
Depok, 27 Agustus 2002
Aku Merindu (9)
Garis wajah yang lekat dalam ingatan. Engkau dengan senyum mawar. Rembulan membagikan cahayanya. Di langit yang bentang seluas harap. Purnama sempurna.
Aku demikian sentimentil. Menulis sajak dengan airmata. Dinihari yang merindu.
Adakah deru cemburu di angin lalu. Tertiup ke segala penjuru: inilah cintaku. Mimpi anganku. Menyeru dirimu. Menyeru dirimu.
Aku demikian sentimentil. Menulis puisi di senyap begini. Dinihari yang gemetar.
Adakah gigilku sendiri. Membaca peta nasib sendiri. Mengeja tanda dari matamu. Cuaca yang mungkin berganti setiap detik. Tak kutahu.
Aku demikian sentimentil. Menulis syair. Dinihari yang cemas.
Mengingatmu. Setulus doa. Dilafalkan: semoga kau baik-baik saja. Cintaku. Aku demikian merindu. Dirimu.
Depok, 25 September 2002
Aku Merindu (10)
Ada yang dicemaskan pada debar. Tak sampai kabar. Tak aksara. Tak suara. Ingatan mengejang. Menelusur bayang-bayang.
Di mana engkau. Apakabar engkau.
Menelusup sepi ke dada sendiri. Jam-jam yang khawatir. Berdetik membisik lirih: inilah rinduku kekasih. Demikian perih.
Di mana engkau. Apakabar engkau
Aku demikian mengkhawatirkanmu. Cintaku.
Depok, 25 September 2002
Komentar